Copas Blog Herry Kontroversi Rok Mini “Dimata Lelaki” - siomponk.com
Soal rok mini ini memang menggelitik dan tak pernah
habis. Saya sendiri di dalam dilema yang besar. Alasannya, pertama
karena saya laki-laki. Kedua, karena saya belum pernah memakai rok
mini. Sebagai orang berpendidikan, saya khawatir perspektif saya
terhadap rok mini ini menjadi sangat subyektif, dipenuh asumsi, dan
ngawur.
Tapi sebenarnya saya selalu ingin mengajukan pertanyaan kepada setiap
pengguna rok mini atau celana super pendek di area publik demi
mendapat sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar saya tidak
salah sangka:
1. “Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini yang mbak pakai itu, saya atau kami boleh menikmati paha mbak?”
2. “Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami melihatnya?”
3. “Atau tolong jelaskan kepada kami, bagaimana seharusnya kami boleh
menikmati paha mbaknya biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-sama
menikmati, agar saya merasa aman dalam menikmati, dan mbaknya nikmat
juga dilihati?”
Pertanyaan ini sebenarnya penting untuk ditanyakan sebagai dasar
ilmiah untuk mengambil kesimpulan, tapi belum kesampaian saya tanyakan
sampai saat ini. Malu nanyanya. Dan saya memilih untuk menikmati rok
mini tersebut dengan diam-diam, dengan
“etika” yang saya karang sendiri agar tidak berdampak sosial yang buruk.
Ada yang bilang ini soal iman. Kalau iman kuat, rok mini lewat. Saya
kira setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab akan
timbul pikiran bukan-bukan ketika menjumpai perempuan muda berpaha
indah memakai rok mini atau celana pendek sekali di tempat umum.
Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri akan mengaku beriman, sholat tidak
pernah lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini,
daya tariknya sungguh sering melewati daya tangkal iman.
Kalau ada yang bilang “Pikiran situ saja yang jorok”.
Duh, ingin sekali saya jawab “Saya sudah susah payah membersihkan
pikiran dari yang nggak-nggak, tapi situ lewat sambil menjorok-jorokkan
paha memaksa untuk dilihat”.
Soal hak, semua memang punya hak masing-masing. Selama masih berada
di tempatnya, hak menjadi sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang
lain.
Contohnya merokok. Saya yakin itu adalah hak. Tidak seorangpun
kecuali keluarga dan orang-orang yang bergantung hidupnya pada perokok
boleh melarang orang untuk merokok. Tetapi ketika merokok di tempat
umum, hak itu jadi tidak aman untuk orang lain.
“Tolong ya mas, merokoknya di ruang merokok, atau menggunakan helm full face saja biar asapnya tidak terhirup oleh saya”.
Gimana kalau perokok menjawab, “Ya situ saja jangan hirup asap saya
kalau memang tidak suka bau asap.” Kira-kira Anda mau langsung sewot
atau malah mengajak berantem tidak?
Memainkan musik adalah hak. Tetapi ketika bertetangga,
genjrang-genjreng di jam dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan
membuat tidur orang terganggu tidak?
Gimana kalau ketika ditegur si penggitar menjawab “Tolong ya Bu, kalau
memang tidak suka dengan suara gitar saya, ibu jangan dengerin suaranya,
gitar-gitar saya kok ibu yang repot.” Kira-kira si ibu akan melempar
sandal atau tidak?
Kalau bermainnya di dalam kamarnya sendiri, di studio musik kedap suara,
saya kira volume sebesar apapun tidak akan jadi masalah. Minimal tidak
jadi masalah untuk orang lain.
Sama jadinya dengan rok mini dan hot pant. Di rumah, rok mini akan
menjadi sangat asik. Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di kamar,
tidak pakai rok pun akan semakin menambah suasana jadi lebih sesuatu
banget Dan, semua orang akan merasa happy dan dijamin aman.
Tapi di boncengan sepeda motor, di busway, di jalanan… duuuh biyung,
please mbak, bu, kalau sekadar saya yang lihat dijamin akan aman.
Karena nafsu dan pikiran saya akan saya manage sedemikian rupa sehingga
akan hanya meledak tanpa melukai Anda. Tapi kalau yang nafsunya
meledak itu lelaki yang sedang sakit parah jiwanya dan tak tau tempat bagaimana hayo?
Pemerkosa adalah orang yang sedang sakit jiwanya. Dan kata orang tua,
mencegah lebih mudah dan murah dari pada mengobati. Mengobati mereka
tetap harus dilakukan karena bisa membahayakan orang lain, berapapun
biaya material dan sosial yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan
mereka di penjara seumur hidup.
Tapi sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita
semua juga ikut mencegah, salah satunya dengan tidak menggunakn rok
mini di tempat umum. Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap
menarik
(tanpa menggoda) dan pantas. Cara ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki
sakit jiwa. Kecuali, kalau memang rok mini telah menjadi sumber
penghasilan pengenanya.
Mbak-mbak, ibu-ibu. Sebagai lelaki, saya selalu mengagumi perempuan.
Dalam teori saya, perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion.
Karena itu, benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian tubuh, sudah
seperti keindahan yang menyeluruh. Perempuan juga sangat ekspresif.
Mereka suka bicara, suka berdandan, suka “menunjukkan” keindahan
dirinya. Itu memang kodratnya.
Dan sedikit ini komentar lelaki. Kami-kami ini juga sangat ekspresif.
Tapi berbeda caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu suka bicara, tidak suka berdandan, atau terlalu menunjukkan keindahan diri sendiri. Tapi langsung
bertindak. Sebagian yang lain ?? ekspresinya malah tidak terlihat sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananya-lah yang langsung bereaksi.
Maka, seperti
Bang Napi bilang, kejahatan terjadi bukan hanya karena niat dari pelakunya, tetapi juga adanya kesempatan.
Waspadalah… Waspadalah….
#hayyyaa.....Mikir Sambil Garuk_Garuk Isi Celana ^___^